Menjadi seorang Awardee Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) adalah impian besar bagi kebanyakan mahasiswa. Namun, bagi Shalwa Syahrika Zachra, mahasiswi program studi Manajemen Rekod dan Arsip angkatan 2022 dari Universitas Indonesia, mimpi tersebut sudah tertanam jauh sebelum ia masuk bangku kuliah. Kini, Shalwa berhasil mewujudkan mimpinya dan terpilih sebagai salah satu penerima beasiswa IISMAVO 2024, yang membawanya untuk belajar di National Kaohsiung University of Hospitality and Tourism, Taiwan. Beasiswa IISMAVO merupakan program beasiswa yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, soft skills, dan pemahaman lintas budaya. Dengan pemahaman lintas budaya
tersebut, mahasiswa diharapkan dapat memperoleh banyak kesempatan untuk mengenal dan mempelajari IPTEK terkini serta arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa depan. Melalui pengamatan terhadap negara-negara yang lebih maju, kita bisa mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pengembangan IPTEK di dalam negeri, dan mengambil inspirasi untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Selain itu, program ini juga memperkuat hubungan baik antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara-negara yang menjadi tuan rumah universitas yang bekerja sama dengan IISMAVO. Khusus untuk IISMA Vokasi, program ini menawarkan rangkaian kunjungan industri, di mana mahasiswa tidak hanya akan mempelajari materi secara teori, tetapi juga
mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi perusahaan secara langsung atau bahkan
melakukan praktik kerja. Beasiswa ini dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa jenjang sarjana maupun vokasi yang berada di semester 4 dan 6. Beasiswa IISMAVO merupakan beasiswa yang disponsori oleh Kemendikbud. Tahun ini, penerima beasiswa ini berjumlah 769 mahasiswa. Shalwa mengungkapkan bahwa IISMAVO merupakan salah satu tujuan utamanya sejak SMA. Disaat teman-temannya berlomba-lomba mencapai IPK sempurna atau bergabung dengan organisasi kampus tertentu, Shalwa telah menetapkan IISMAVO sebagai goals nya. Sejak awal kuliah, ia sudah mulai mempersiapkan diri dengan mengikuti les bahasa Inggris untuk mendapatkan sertifikat yang diperlukan. Shalwa juga selalu berlatih untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai pertanyaan yang mungkin diajukan dalam wawancara seleksi IISMAVO. “Dari awal kuliah, aku sudah mulai mempersiapkan diri. Aku tahu bahwa IISMAVO ini memiliki standar yang tinggi, sehingga aku harus melakukan persiapan dari segi bahasa hingga pemahaman tentang program ini,” ungkap Shalwa dalam wawancara yang dilakukan tanggal 14 Agustus lalu. Saat awal perkuliahan, Shalwa sempat merasa kehilangan arah dan terjebak dalam hal hal yang itu-itu saja sehingga tidak membawanya berkembang “Aku merasa stuck dan biasa-biasa saja, sedangkan aku tahu kalau ingin lolos IISMAVO, harus ada nilai tambah yang aku miliki,”.
Namun, hal tersebut akhirnya memotivasi Shalwa untuk mencari pengalaman internasional. Ia aktif mengikuti kegiatan volunteer internasional dan terus mencari kesempatan untuk meningkatkan international exposure. Selain itu, Shalwa meyakinkan dirinya bahwa IISMAVO adalah kesempatan sekali seumur hidup yang harus dimanfaatkannya. Menurutnya, semester 5 adalah waktu yang paling tepat untuk mengikuti program ini, sebelum disibukkan dengan tugas akhir di semester 6. Shalwa menggambarkan proses seleksi IISMAVO yang panjang dan ketat. Dimulai dari seleksi berkas internal di UI, mulai dari meminta persetujuan dekan, kaprodi, hingga mengajukan berkas ke CIL ( Center for Independent Learning) UI, lalu persiapan tes bahasa Inggris, hingga penulisan esai yang menjadi hal terpenting saat proses seleksi. Shalwa memilih tes TOEIC karena merasa lebih cocok dan lebih yakin bisa meraih skor tinggi.
“Esai itu seperti branding diri kita. Aku banyak riset mengenai esai-esai awardee sebelumnya dan belajar bagaimana mereka fokus pada pencapaian yang ingin mereka tonjolkan, bukan sekadar menyebutkan semua achivement-nya,” ucap Shalwa Bagi Shalwa, tantangan terbesar dalam proses seleksi adalah menulis esai dan persiapan wawancara. Esai yang ditulis harus mampu mencerminkan kepribadian dan kontribusi yang akan diberikan. “Aku sempat meragukan diri, tapi akhirnya aku fokus pada bagaimana cara menyusun esai yang baik dan relevan,” kata Shalwa. Wawancara juga menjadi tahap yang paling menegangkan bagi Shalwa, karena harus menjawab pertanyaan dengan spontan dan sesuai dengan esai yang telah ditulis. Tantangan yang Shalwa khawatirkan selama proses belajarnya di Taiwan adalah dalam segi bahasa. “Bahasa menjadi kekhawatiran utama aku, karena di sana menggunakan Chinese tradisional, dan aku tidak punya basic bahasa Mandarin sama sekali. Tapi, aku akan tetap berusaha belajar,” ungkapnya. Shalwa juga menekankan pentingnya membangun relasi internasional selama mengikuti program IISMAVO. Selama program ini berlangsung, para awardee IISMAVO akan diminta untuk memperkenalkan budaya Indonesia melalui berbagai acara sehingga penting untuk memiliki relasi dan memperkenalkan budaya indonesia secara lebih luas di kancah internasional. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya relasi untuk mencari peluang kerja di perusahaan internasional. Keberangkatannya ke Taiwan dilaksanakan pada tanggal 5 September 2024 hingga Januari
“Tidak hanya belajar, tetapi IISMAVO juga punya challenge untuk setiap host
university dan kita diwajibkan fulfill challenge dengan nama CULTURISE (sebuah offline
event promoting indonesian culture through socially impactful activities sambil pakai
indonesian traditional attire misalnya batik dan kebaya)”.
Shalwa berniat akan menampilkan traditional dance dan membuka warmindo karena di Indonesia banyak sekali indomie dengan berbagai varian. Shalwa juga ingin memperkenalkan juga varian kopi indo yang dibawa. Tidak hanya itu masih banyak lagi makanan, games,tarian, lagu, alat musik tradisional yang akan dipamerkan selama di host country. Budaya Indonesia ini tidak hanya dipamerkan ke orang-orang Taiwan saja. National Kaohsiung University of Hospitality and Tourism adalah universitas yang memiliki banyak international student dan dari sana Shalwa bisa lebih bisa memperkenalkan budaya Indonesia lebih luas.
Selain itu, disana juga ada industrial exposure series dimana akan diadakan industrial visit atau kunjungan ke perusahaan besar di Taiwan. Shalwa berharap, setelah mengikuti program ini, ia dapat mengimplementasikan budaya belajar yang lebih ambisius saat kembali ke Indonesia, terutama dalam pengerjaan skripsi dan rencana serta harapannya melanjutkan studi S2 dengan beasiswa LPDP. Dengan segala persiapan dan semangat yang dimilikinya, Shalwa Syahrika Zachra siap memulai langkah baru melalui program IISMAVO, sambil terus mengejar mimpinya di kancah internasional.